Siang itu 29 Mei 2008, tiba-tiba ada bunyi "cling-cling" eh ada sms mengagetkanku yang lagi sedikit serius ketik dan melototin dokumen itu. Aku raih hpku dan kubuka "dek telp kakak sekarang ya penting ada informasi untuk adekmu" bunyinya sms itu yang tak lain adalah dari kakak angkatku. Aku telphonlah dia, aku to the point aja "ada informasi kerja apa dan bagaimana prosedurnya kak?". Beliau pun menjelaskan contact personnya, lowongannya, alamatnya dan tidak lupa pesannya bahwa maksimal applikasinya harus sampai besok. Tapi aku tawar karena besok jumat, biasanya jasa pengiriman itu sabtu kan libur walau dikirim kilat tetep aja sampainya senin. Kemudian kakak itupun berusaha mengkonfirmasi kepada contact personnya, dan alhamdulillah diijinkan "tapi paling telat senin ya" katanya memastikan ke aku. Dan masih ada satu pesan lagi yang harus kuperhatikan bahwa aku harus bisa meyakinkan kalau memang adeku mau menerima lowongan itu ya harus bener-bener mau karena tempatnya diluar jawa.
Setelah aku rasa cukup lengkap informasinya langsung saja aku telphon adeku, kujelaskan semua. Adek prinsipnya senang dan mau ambil lowongan itu karena adek termotivasi untuk cari pengalaman walau lowongan itu sangat tidak sesuai dengan basic ilmunya. Tapi saranku "ga masalah dek kalau kesempatan itu datang ke kita kenapa musti kita tolak kali memang rizki kita begitu caranya, toh mba sebelum permanen kerja dijawa juga sempet menclok ke luar jawa dulu, ga pa pa lah anggap aja jalan-jalan dibayar". Adek pun makin mantap, tapi apa yang terjadi setelah itu ternyata PaeMae mendengar percakapan kami.
Serta merta PaeMae melarang adek "gimana ya nduk masa anak sedikit harus jauh-jauh nyari kerjanya?". Saat adeku mengkonfirmasi hal itu padaku aku sempet kesel dibuatnya, akhirnya akupun berusaha melobi dengan berbagai alasan tapi ga berhasil tetap saja PaeMae melarang. aku merasa seolah-olah PaeMae menghalangi kebebasan kami untuk berkarya karena hal itu juga pernah dilakukan padaku walau akhirnya aku berhasil untuk lepas juga dan akhirnya aku tetap pergi ke luar jawa dua tahun yang lalu.
Tapi subhanalloh sms adeku "ga pa pa kok mba, adek akan tetap menuruti keinginan PaeMae untuk tetap nyari kerja dijawa, restu ortu kan Ridho Alloh mba, suatu saat nanti Alloh pasti akan memberiku rizki dengan pekerjaan yang sesuai keinginan PaeMae". Jadi malu aku dibuatnya, subhanalloh aku jadi sadar ternyata aku yang sudah merasa dewasa darinya tidak bisa sebijak itu mensikapi kondisi yang ada. Mungkin kalau aku dalam kondisi adek yang sudah nyari kerja kesana-kemari dan sudah tak terhitung juga kirim aplikasi tapi belum juga ada kerjaan yang tepat pasti aku akan sangat kesel kalau PaeMae melarang aku kerja diluar jawa yang aku mau dan kemungkinan diterima lebih besar.
Malamnya aku renungkan sms adek, apa mungkin hatiku sudah banyak terkotori debu prasangka sehingga tidak bisa lagi jernih mengaliri maksud yang tersirat dalam larangan PaeMae tadi. Aku mencoba menyelami maksud PaeMae itu. Lama aku mencoba memikirkan dalam-dalam dengan mendesak keluar kesal di dada ini. Alhamdulillah datanglah angin segar yang dikirim Alloh untuk menyadarkanku "itulah kasih sayang orang tua, tidak sampai hati mereka melepas kita untuk bersusah payah ditempat nun jauh disana, bahkan mereka enggan memikirkan bagaimana ya anaku disana nanti karena itu akan makin menyesakkan hati."
Meneteslah airmata dipipi ini semakin menambah syahdunya malam itu. "Ya Alloh ampunilah hamba yang telah berprasangka buruk terhadap orang tua hamba, bukalah hati PaeMaeku untuk membukakan pintu maaf buatku". Padahal tanpa aku minta pun aku yakin PaeMae sudah memaafkan aku jauh-jauh hari.
"Maafkan anakmu ini yang telah banyak membuat titik luka dihatimu, bagaimanapun dewasanya diri ini aku tetaplah anakmu yang selalu membutuhkan untaian indah leraianmu agar aku tidak menjauh darimu, yang selalu rindu belaian tanganmu yang mungkin sekarang sudah tidak lembut kurasakan karena keriput ditangan itu tapi tetaplah itu belaian hangat yang tak tergantikan, aku rindu tatapan sejuk matamu walau pipimu sudah kempot karena kelelahan yang menderaimu demi memperjuangkan kami anak-anakmu tapi tetaplah itu adalah tatapan terindah yang kami belum ingin Alloh mengambilnya dari kami."
"Ya Alloh, ijinkan hamba dan adek hamba untuk selalu bisa membuat bahagia hati PaeMae kami, karena mungkin hanya itu yang bisa kami lakukan, karena kami yakin kami ga akan setitikpun mampu membalas semua cinta kasih suci nan tulus PaeMae. Sadarkan kami untuk segera meminta maaf dan menghentikan tingkah kami yang akan menyakiti hati mereka agar rasa sakit itu tidak terlanjur memperburuk sakit PaeMae karena beratnya beban yang telah ditanggung sejak kami Engkau ciptakan hingga saat ini."
"Berikanlah Petunjuk dan HidayahMu selalu kepada PaeMae dan kami sehingga cinta kasih yang mengikat hati kami adalah karenaMu semata ya Alloh."
"Ampunilah dosa PaeMae dan sayangilah PaeMae seperti kasih sayang mereka selama ini kepada kami."
"Jadikanlah kami keluarga tidak hanya didunia ini tapi juga disyurgamu kelak ya Alloh, berkumpul bersama dengan hamba-hamba yang Engkau dan Rasul-Mu cintai."
"Robbanaa atina fiddunyakhasanah wafilakhirotikhasanah wakina'adzabannar. Amin ya Robbal'Alamin".
Jumat, 30 Mei 2008
Maafkan anakmu ini
Marah pergilah menjauh dariku!!!
Astaghfirulloh, ampunilah hamba ya Alloh kok hari ini dari pagi sampai malam masih aja hatiku kesel. Iya sih emang sejak semalem ada masalah dengan temen sekerjaku. Aku terus berusaha menyadarkan diriku sendiri, bahwa segala yang telah dan akan terjadi adalah tidak lepas dari Kehendak Alloh SWT bukan semata-mata karena keteledoran temenku itu tapi kok ya susah ya. Aku disini ga akan membahas bagaimana masalah itu karena aku tahu hatiku pasti akan makin kesel dan takutnya malah jadi "ghibah" masyaAlloh.
Mungkin aku juga sering kali membuat kesel hati orang, entah sadar atau dibawah alam sadarku alias ga sengaja. Beginilah rasanya kesel itu ya, ga nyaman mau ngapa-ngapain karena pikiran ga tenang. Bawaannya hati itu mengorek-ngorek semua kesalahan orang yang telah buat kesel "nyebelin banget sih, teledor banget sih, ga tanggung jawab, ga tahu diri" dan masih banyak umpatan-umpatan kekesalan yang lain (asal jangan sumpah serapah saja - karena selain menyebabkan "aura" ga baik bagi kita, makin memperburuk "personality" kita alias ketahuan jeleknya, and dosa pastinya).
Kalau kita sebagai objek dari keteledoran or sasaran dari akibat buruk temen kita "gondok rasanya" dan pastinya sebelnya ga hilang-hilang. rasa-rasanya lihat muka orang itu muak deh, boro-boro ketemu denger namanya aja sebel sambil kedua tangannya diremas-remas seolah-olah membayangkan seseorang itu ada dalam remasannya.
Padahal sejak semalem sampai sekarang aku kesel, kupikir-pikir ga ada untungnya. Masalahku juga ga selesai dengan kekesalanku boro-boro balik lagi ke kondisi semula karena toh waktu sudah berjalan aku ga mampu memutarnya kembali kalaupun aku berandai-andai "andai aku ga minta tolong padanya semalem" malah makin memuncak kekesalan ini. Malah mengotori hatiku yang memang sudah kotor sejak diri ini "baligh" karena banyaknya khilaf yang kulakukan dan Semoga Alloh mengampuni dosa-dosaku.
Aku coba menarik nafas dalam-dalam, ku kempiskan perutku yang memang sudah kempis karena belum "dinner", kubusungkan dada dan kupejamkan mataku maka menyeliplah udara segar ke relung hati yang menenangkan pikiran dan jiwaku. Kemudian kupaksakan bibirku tersenyum dan kulebarkan dengan tanganku (bukan maksud untuk senyum-senyum sendiri lho) untuk terapi mukaku. Walau sedari pagi tadi aku sudah beberapa kali tersenyum dan ceria karena kelucuan tingkah temen-temen kerjaku tapi itu tidak cukup menterapi aura keselku. Ditambah lagi tadi siang listrik "byar pet" jadinya internet dan telphon down. Jadi menambah kekesalan deh. Ya karena senyum itu hanya dibibirku tidak dihatiku. Tapi sekarang kesel itu sudah mulai kudorong keluar dari jiwaku walau perlahan-lahan, "pergilah menjauh dariku" aku ga mau jadi sahabatmu.
"Let's ziezie, make your heart be quite. You must believe to God, Everything happened and will be happen are Alloh Almighty" (he he sok pake english segala, kalau salah dikoreksi ya)
Ziezie Lihatlah dilangit sana bintang-bintang bertebaran dengan kelap-kelip sinarnya yang makin indah dihiasi gelapnya malam, mengajakmu untuk tersenyum mengakui "Keagungan Ilahi" dan bahwa apa yang kamu rasakan sekarang adalah hanya seperti sebutir pasir dilautan lepas alias bukan apa-apa jadi "make enjoy your life ya".
Mulailah tidurmu nanti malam dengan melepas semua bebanmu, gantungkan nyawamu pada yang Maha Memiliki, mohon ampunlah pada-Nya atas segala apa yang telah mengotori hati dan dirimu, mulailah dengan memaafkan semua orang. Maka besok dipagi hari sambutlah "panggilan-Nya", setelah itu sambutlah sang mentari pagi yang menyusup kedalam kamarmu dengan senyuman hangat dan nafas lega dan katakan "inilah ziezie hari ini yang baru terlahir dari tidurnya, ya Alloh berilah hamba-Mu ini Petunjuk agar dapat memulai semuanya dengan lebih baik".Wallohua'lam bishowab.
Rabu, 28 Mei 2008
Kaya dan Miskin apa bedanya?
Malam ini tepat pukul 19.00 wib adalah waktu yang sudah lewat aku untuk bekerja tapi yah hari ini benar-benar padat jadi jam segitu baru selesai. Sebenarnya aku sudah lelah banget dan pengen segera pulang ke mess, makan trus hmmm kasurku yang bernuansa bunga matahari dan daunnya yang hijau cerah begitu menggoda serasa aku bobo ditaman bunga. Lantas aku inget tadi sore temen sekantorku "Mas Iw" sempet bercerita tentang uneg-uneg hatinya. Ah nulis bentar deh mumpung lagi "hot news" kalau ditunda nanti jadi ga hot lagi pikirku.
"Mba, kalau orang kaya kali mikirnya bukan lagi kerja besok pagi kayak kita ya? tapi mereka sudah mikir aku besok mau jalan-jalan ke eropa, hongkong atau mana ya?" pertanyaannya itu menggelitik telingaku dan terang aja mengganggu konsentrasiku yang lagi serius melototin komputer karena report deadline hari ini. Rasa-rasanya aku ga tega untuk ga share sama dia karena temanya lumayan menarik sayang untuk dilewatkan dan pastinya tidak sampai mengganggu pekerjaan kami karena mata dan tangan kami tetap asyik dengan komputer kami masing-masing seolah sudah terjadi harmonisasi perintah dari otak, mata dan tangan.
"Iya sih Mas, karena uang bukan lagi masalah buat mereka. Orang kaya sudah punya tabungan banyak di Bank, punya asuransi untuk jaminan mereka sekeluarga, bahkan punya perusahaan. Jadi uang yang ada ditangan tinggal mikir mau diapain ya?, ya karena semua kebutuhan sudah terpenuhi jadinya ya tinggal membuat "Life be Happy" alias cari hiburan gitu" celotehku yang seolah-olah sok tahu gimana nikmatnya jadi orang kaya itu.
"Beda dengan kita ya mba, sudah kerja sama orang, sekarang berlaku efisiensi sehingga jam kerja kita sering overtime tapi ga dibayar, tapi tetep aja saya jalanin mba. Kalau saya sih ga pernah berharap dibayar atau minta ganti libur jam kerja saya yang sudah over karena toh perusahaan juga ga akan merubah peraturan, gaji saya ya tetep segitu juga, malah jadi menggaggu, kerja saya jadi ga tenang karena ga ikhlas dan ga enjoy. Bagi saya sih yang penting tanggung jawab saya tertunaikan. Kalau saya ikhlas insyaAlloh rizki yang saya berikan kepada istri dan anak jadi berkah. Dan dengan bekerja ikhlas dan enjoy banyak hal yang saya dapatkan terutama ilmu dan teman mba". Pertanyaannya pun mengalir bak air terjun yang ga bisa berhenti, bersamaan dengan jawaban yang dia buat sendiri. Subhanalloh, begitu mulianya hatinya padahal sepertinya dia bukan orang yang paham agama, masyaAlloh aku kok jadi sok jadi hakim agama ya dengan mudahnya menilai agama orang lain, astaghfirulloh.
Ada sih temen kerja kami yang mengatakan "ngapain juga kita loyal toh kita ga dibayar lagian kita kerja sama orang non muslim, ngapain juga bikin kaya mereka" (maaf dimuat bukan bermaksud SARA). Yah mungkin kedua pendapat itu ga ada salahnya semuanya benar tergantung sudut pandang masing2 orang. Tapi saya lebih cenderung kepada pendapat mas Iw. Bukan berarti saya pemuja perusahaan tempat saya bekerja. Kalau kita merasa tenaga dan pikiran kita "rugi" karena dibayar tidak sepadan ya kita coba cari yang lain yang paling penting adalah "ilmu dan teman" karena ilmu dan teman ini tidak ternilai harganya tidak bisa dinominalkan apalagi ditawar. Sehingga kerugian kita terbayarkan oleh ilmu dan teman tadi dah malah kita jadi untung karena dapat ilmu ga perlu kuliah yang sekarang dah berapa mahalnya. Yah memang beda sih, kalau kuliah kan dapat ijazah yang bisa menjadi sebuah prestasi sedangkan ilmu di dunia kerja kan ga ada ijasahnya tapi menjadi sebuah pengalaman saja.
"Ilmu dan temen yang kita dapat kan bisa diwariskan ke anak kita nanti mba" opini mas Iw pun berlanjut. Bener juga ya setidaknya dengan kita menjadi orang tua yang banyak pengalaman, nanti anak kita bisa kita latih dengan ilmu terapan yang sudah kita dapatkan. Saat nanti anak-anak kita sharing masalah sama kita, kita bisa menjawabnya.
Dengan senyuman khasnya pertanyaannya pun dilanjutkan "Tapi kenapa ya BBM naik seperti sekarang misalnya naik Rp.1500,- orang kaya juga ikutan demo ya?, kan uang segitu ga ada artinya buat mereka mba?". Nah kini jawabanku yang penuh analisa pun mengalir seolah-olah aku ini adalah pengamat ekonomi "yah kalau kita kan belinya sedikit mas paling juga buat pulang dan berangkat kerja 1-3 liter untuk motor cukup, kalau orang kaya kan sudah pake berapa ton liter or malah barrel kali coba aja dikalikan?". Ku lihat dia serius mengernyitkan keningnya seolah-olah dia berpikir mungkin menghitung kali ya berapa juta or milyar ya. Dia pun membenarkan aku seolah-olah hitungannya benar : "Iya ya mba bener juga, kalau keperluan kita kan paling beli minyak untuk masak dan motor, kalau orang kaya kan untuk mobil, belum lagi bahan bakar untuk perusahaannya ya."
"Bersyukur saya mba jadi orang biasa aja, orang kampung yang makanan bukan masalah karena tinggal ambil dari kebun paling tinggal mikir minyak secukupnya untuk masak". Cerita mas Iw pun berlanjut. Akupun menunjukkan kata sepakatku "iya bener mas, coba orang kaya mereka semuanya beli ya, makanya jadi berat kalau BBM naik"
Ditengah keseriusanku menulis percakapanku dengan mas Iw tiba-tiba dari pintu ada yang nyapa "belum pulang mba kan dah malam?" ternyata bapak Fy (mekanik yang masuk shiff malam). "iya nih pak lagi nulis obrolan saya tadi siang dengan Mas Iw, tentang nikmatnya jadi orang kaya" jawabku. Bapak itupun melanjutkan obrolannya dengan tetap berdiri dipintu "sebenarnya orang kaya sama orang miskin itu lebih nikmat orang miskin kalau dapat sesuatu." "Kok bisa pak?" tanyaku dengan penasaran. "coba dibandingkan, bos kita mungkin dapat bonus 1 x gajinya biasa saja atau naik pangkat mungkin biasa saja. Beda dengan mbok saya dapat untung Rp.500 senengnya minta ampun bahkan ga dapat untung tapi dapat kepercayaan dari pembelinya juga sudah seneng." Ceritanya pun berlanjut "bapak saya kambingnya melahirkan 2 anak bersyukur sekali, beda misalnya bos kita dapat kambing 2 ya biasa aja." Pembandingan Bapak itu cukup masuk akal. "Makanya bersyukur kita jadi orang biasa saja (bukan bermaksud pasrah) karena kita benar-benar bisa merasakan kenikmatan yang luar biasa sedikit apapun pemberian itu mba". Iya ya bener juga sih pikirku, karena semakin banyak uang dan jabatan yang kita punya ukuran kenikmatan kita pun makin besar.
Di saat kita masih jadi karyawan dengan gaji UMR mungkin kebutuhan kita baru sebatas makan, kasih orang tua secukupnya, tabungan secukupnya malah kadang pas-pasan. Tapi dengan naiknya jabatan yang otomatis gaji kita pun bertambah, pergaulan makin bergengsi tentu beda dong kebutuhan kita, menjaga penampilan jadi perlu, beli pakaian or hp baru jadi perlu, gengsi dong katanya.
Manusia hidup jadi ga ada puas-puasnya, makin ditambah nikmatnya malah makin kurang jadi makin haus akan nikmat. Walaupun ada manusia-manusia yang mereka makin bersyukur dan tetap bersahaja walau hidupnya berlimpah harta & kemewahan yaitu orang-orang yang menauladani Rasululloh Saw.
Rasululloh adalah pedagang yang sukses. Saat Rasululloh menikahi Ibunda Khodijah, Rasululloh memberikan mahar 20 unta kalau sekarang harga unta minimal Rp. 20 juta per ekornya berarti mahar yang diterima ibunda Khodijah Rp. 400 juta dalam nominal, banyak kan?. Saat Rasululloh wafat pun harta Rasululloh tidak habis dibagikan kepada seluruh penduduk Mekah saat itu. Tetapi walaupun begitu Rasululloh tetap hidup bersahaja "berhenti makan sebelum kenyang dan pakaian beliau pun sederhana." Dunia beliau jadikan pendukung menuju kesuksesan akhirat, beliau memberi zakat dan sedekah kepada kaum papa dan harta untuk membiayai jihad fisabilillah melawan kaum kuffar saat itu. Hal itupun dicontoh oleh para Sahabat Beliau, hampir semua sahabat Beliau dari Umar, Abu Bakar, Abdur Rahman bin Auf dan lain-lainnya semuanya adalah pengusaha-pengusaha yang sangat sukses. Kalau dibaca di Sirah Nabawiyah, yang memacu para sahabat untuk kaya adalah dengan semakin banyak harta maka makin banyak pula zakat, infak, sedekah dan dana untuk jihad fisabilillah. Ada satu petuah yang menarik dari Sahabat Umar (kalau ga salah sih) :"genggamlah dunia ditanganmu tapi jangan dihatimu", sehingga dunia itu akan mudah terlepas dari tangan kita untuk dinafkahkan di jalan Alloh karena hati kita tidak menggondelinya, wallohua'lam.
Sepertinya tidak mudah ya menjadi seperti sahabat Rasululloh apalagi menauladani Rasululloh. Karena aku pun belum bisa. Sering saat uangku di dompet hitungannya ga sama persis dengan perkiraanku gelisah lah aku dibuatnya. Hilang dimana ya, boro-boro ikhlas malah jadi suuzon sama temen, jangan-jangan ada yang ngambil, masyaAlloh.
Tapi setidaknya dari beberapa penggal obrolanku dengan mas Iw dan Pak Fy tadi mengingatkan aku bahwa hidupmu ga hanya untuk duniamu sus, tapi bagaimana duniamu bisa untuk mencapai kebahagiaan akhiratmu. Terima kasih ya Alloh, Engkau berikan orang-orang yang baik disekeliling hamba yang bisa menjadi pengingat bagi hamba. AlhamdulillahhiRobbil'alamin.
Selasa, 27 Mei 2008
Siapa Takut...???
Disaat aku pulang malam minggu kemaren, disepanjang perjalanan pikiranku berkelana ditemani motor kesayanganku. Selama hampir 3 bulan ini aku bolak-balik naik motor, Alhamdulillah ternyata kemampuanku naik motor bertambah seiring dengan seringnya aku berkelana dijalan raya dan aku baru menyadarinya.
Yang dulu aku sangat deg-degan apalagi saat ada supir bis atau truk yang membunyikan "klaksonnya - Tet tet tet" dengan kerasnya serentak pula aku tidak bisa mengendalikan emosiku, jantungku makin dag dig dug keras dan goyahlah motorku. Tapi sekarang emosiku bisa lebih stabil, makin sering, makin banyak tantangan yang aku temui dijalan raya, jangankan cuma supir yang membunyikan klaksonnya, sekarang sudah beraneka ragam bentuknya, ada yang nyenggol lah, atau mendadak ada motor atau mobil yang menyeberang ga kasih "lampu sen", kemacetan dikaligawe karena ada perbaikan jalan, kena "jeglongan" jalan yang rusak, banjir dan lainya lagi.
Aku mencoba mengkorelasikan hal ini dengan hidup. Salah ga ya kalau "pembelajaran naik motor" aku analogikan dengan hidup. Mungkin terlalu ironis tapi maaf aku hanya ingin memudahkan saja supaya aku pun bisa lebih mudah memahami hidup ini.
Saat diawal belajar naik motor setiap orang pun pasti deg-degan (tapi ga tahu kalau ada yang langsung berani ya). Sama halnya dengan aku deg-degan yang dicampur aduk dengan keragu-raguan "bisa ga ya" masih ditambah lagi bayang-bayang menakutkan kalau kalau nanti jatuh atau menabrak sesuatu trus aku ga bisa mengendalikan motorku apalagi kalau tiba-tiba ada mobil besar didepanku, seabreg ketakutan itu menghantui pikiranku. Kemudian ada yang mengingatkanku "Si, belajar motor itu bisa kalau kamu lakukan dan kamu akan tahu betapa nikmatnya naik motor seiring perasaan kamu mengendarai motor itu. Karena sebenarnya hal-hal menakutkan itu hanya ada didalam pikiranmu sendiri dan lagian segala sesuatu kan sudah ada yang Ngatur (red-Alloh)", siapapun orang itu yang telah memberikan motivasi besar kepadaku untuk bisa naik motor yang pasti terima kasih yang sebesar2nya. Nasihat itu cukup bisa memberikan spirit kepadaku.
Saat itu rasa takutku ku buang jauh-jauh, dia mencoba mengintip ke hati dan pikiranku tapi tidak kubiarkan dia masuk biarpun hanya sesaat. Karenanya aku sekarang jadi bisa naik motor walau diawal aku naik motor banyak orang yang mengkhawatirkan keselamatanku karena aku terlihat sangat tidak "PD". Aku punya jurus ampuh yaitu sejak pertama kali aku menghidupkan motor sampai ditempat tujuan hatiku ga berhenti berdzikir pada-Nya, walau kata orang ini kulakukan sebagai manifestasi rasa takutku tapi tak apalah setidaknya rasa takut itu telah aku gantungkan kepada Pemberi Rasa Takut itu yaitu Alloh SWT. Tapi toh dengan semua yang telah terjadi Alhamdulillah akhirnya sekarang aku bisa. Ya bisa karena biasa.
Sama halnya dengan hidup. Disaat kita mau mengambil keputusan untuk melakukan suatu hal di dalam hidup kita banyak sekali keragu-raguan, bayang-bayang menakutkan itu selalu saja hadir. Dari kita masih kecil saat baru mulai mengenal kehidupan ini bahkan sampai kita menghadap sang Kholik.
Di saat kita mau masuk sekolah baru "takut nanti ketemu teman-teman baru, takutnya mereka nakal-nakal". Disaat masuk kuliah walaupun umur sudah bertambah dan pergaulan sudah makin luas tetap saja "takut jauh dari orang tua, takut nanti banyak saingan kan siswanya dari seluruh penjuru daerah". Disaat masuk kerja "takut gajinya kecil, takut kerjanya ga sesuai profesi dan minat, takut bossnya galak, takut dipindah-pindah ke daerah yang jauh dari tanah kelahiran bahkan tidak sedikit orang jawa yang ga mau bekerja diluar jawa". Sampai saatnya tiba berumah tangga disaat harus menentukan calon pendamping hidup dan saatnya harus membina keluarga sendiri rasa takut itu ga pernah berhenti tetap saja setia menemani "takut calonnya ga cantik, ga tampan, ga pengertian, ga cocok, ortunya galak, banyak nuntut, ga bisa memberikan kehidupan yang layak untuk anak istri (bagi laki-laki) dan ga bisa masak, melayani suami apalagi mendidik anak-anak (bagi perempuan) dan seabreg alasan-alasan lainnya yang kalau dicatat mungkin ga cukup dalam 1 buku diary".
Padahal sesungguhnya rasa takut itu ga pernah minta kita hadirkan dalam kehidupan kita, dia hanya minta ditempatkan pada tempat yang semestinya "yaitu takut kepada Alloh SWT semata, takut melanggar larangan-Nya, takut tidak bisa mencintai apa-apa yang Alloh dan Rasul-Nya cintai", tapi kenapa juga kita mengundangnya dalam kehidupan kita. Bukankan Alloh sudah memberikan kita rasa berani yang dilengkapi dengan anugerah fisik, akal dan hati yang Alloh ciptakan dengan sempurnanya.
Tapi memang sih ga bisa dipungkiri akupun seperti itu. Belum lagi kalau masalah hidup mulai berdatangan silih berganti apalagi berbarengan dan pada saat yang sama kita harus mengambil keputusan untuk menyelasaikan semua masalah itu. Rasa takut , was-was ga juga menjauh malah makin mendekat. Tapi ada hal yang harus kita lakukan kalaupun kita tidak mampu membuangnya jauh-jauh karena keterbatasan kita sebagai manusia setidaknya kita tidak memeliharanya dan kita gantungkan rasa takut itu dengan memohon Petunjuk dan Pertolongan Alloh SWT semata karena Dialah yang memegang ubun-ubun kita, apapun yang terjadi pada kita hanya karena Kehendak-Nya semata.
Semakin berani dan sering kita menghadapi masalah hidup yakinlah kita akan menjadi manusia yang makin bijak, cerdas dan dewasa. Bijak untuk bisa memanage emosi karena disitu akan bercampur aduk antara emosi sedih karena menerima musibah, bahkan putus asa. Bijak untuk bisa memange rasa takut agar dia tidak mengkucilkan kita. Bijak untuk bisa memperlakukan dengan baik orang-orang disekitar kita terutama orang-orang yang kita sayangi dan menyayangi kita, karena sudah biasa kalau kita sedang ada masalah pasti orang-orang terdekat kita sering kena batunya, kena omelan kita, kena fitnahnya kita, kena "penyalahan" kita, rasanya semua kekesalan dalam diri mau ditumpahkan semua. Kita juga akan makin cerdas untuk bisa menganalisa masalah dan kemudian mencari solusinya. Akhirnya setelah semua masalah selesai saatnya kita dewasa untuk mengambil hikmah terbaik yang Alloh berikan kepada kita. Apakah kita akan menjadi hamba yang makin bersyukur karena masalah itu terlewati sebagai ujian keimanan kita ataukah kita akan menjadi manusia yang kufur karena kita tidak lolos dan malah masalah itu semakin membuat hati kita makin menjauh dari-Nya.
Tentunya kita makin beriman ataukah makin jauh dari Alloh setelah semua masalah hidup itu sangat tergantung kepada sejauh mana kita bisa menempatkan rasa takut secara proporsional. Seperti di awal bahwa rasa takut itu ga pernah minta kita hadirkan dalam kehidupan kita, dia hanya minta ditempatkan pada tempat yang semestinya "yaitu takut kepada Alloh SWT semata dan takut melanggar larangan-Nya", tapi kenapa juga kita mengundangnya dalam kehidupan kita. Bukankan Alloh sudah memberikan kita rasa berani yang dilengkapi dengan anugerah fisik, akal dan hati yang Alloh ciptakan dengan sempurnanya untuk melawan semua kelemahan-kelemahan kita termasuk rasa takut. Wallohua'lam
Senin, 26 Mei 2008
Sobat apalah jadinya aku kalau kamu pergi
Malam ini pengen rasanya aku mencurahkan isi hatiku kepada "sohibku" yang aku sangat dekat sekali dengannya. Aku sudah sangat kangen sekali dengan sohibku ini maklum lah sudah sangat lama rasanya kita tidak bersua. Sebenarnya dia sudah sering menyapaku tapi sering pula aku menjawab sapaanya dengan jawaban biasa aja karena aku terlalu disibukkan oleh rutinitas pekerjaanku. Karena itu dikesempatan kali ini mumpung kangenku sedang menggebu-gebu, aku mau membayar "kecuekanku" selama ini dengannya karena aku ga mau dia meninggalkanku.
"Sobat ijinkan aku mencurahkan semua isi hatiku kepadamu dan aku mohon juga petuah darimu yang rasanya sudah terlalu lama tidak aku hiraukan".
Akupun memulai episode ceritaku, " Sobat, kamu tahu apa yang aku rasakan saat ini?", Dia melihat wajahku dengan seksama, "Iya, aku bisa merasakannya lebih dalam dari apa yang kamu rasakan" jawabnya. "Aku sangat senang atas apa yang Alloh telah anugerahkan kepadaku selama ini, nikmat pekerjaan, nikmat kasih sayang orang tua dan saudara, nikmat teman, nikmat ilmu dan lain-lainnya". "Tapi kamu tidak merasakan nikmatnya ketenangan batinmu kan?" sanggahnya disela-sela ceritaku. "Iya kamu benar sobat, rasanya ada yang hilang dari diriku yaitu sesuatu yang telah aku miliki dimasa lampau, tapi aku tidak tahu apakah itu? bisakah kamu membantuku?". "Aku akan membantumu untuk menemukan sesuatu yang hilang itu, tapi kamu harus berjanji padaku" jawabnya dengan tegas. "Apa - apa itu katakanlah, pleaasseee..?" pintaku dengan permohonan yang amat sangat. "mudah.." katanya. "Ayolah sobat, jangan lama-lama katakan!" pintaku kembali. "Kamu harus berjanji mau kembali menjadi sobatku, jangan pernah kamu cuekin apalagi kamu tinggalkan aku". Dia pun menawarkan janji itu. "Baiklah kamu menang, aku akan berusaha untuk tidak cuek apalagi meninggalkanmu, tapi bolehkah aku menawar tawaranmu?" aku mencoba untuk meminta keringanan darinya karena aku takut tidak bisa memenuhi janjiku. "hmmm sebenarnya ga boleh..!" jawabnya "tapi aku kan manusia biasa yang pasti bisa lupa suatu saat nanti" aku meminta permakluman darinya. "Baiklah katakan!..dasar kamu suka banyak alasan deh" jawabnya agak sedikit kesel."suatu saat kalau aku lupa dengan janjiku ingetin aku ya kalau perlu marahin aku" pintaku. "oh kirain apa..tanpa kamu minta pun pasti aku lakukan" jawabnya dengan aura kemenangan.
Baiklah mari kita mulai petualangan pencarian kita. "sesuatu itu akan bisa kamu temukan dengan kamu mau menjawab dengan jujur pertanyaanku dan kamu mau menerima solusi dariku" sobatku mengajukan persyaratan selanjutnya. "baiklah..banyak amat sih syaratnya..tapi ok deh aku penuhi toh ini demi aku" jawabku dengan pasrah.
Sobatku : menyesalkah kamu karena selama ini tidak menghiraukan dan mulai meninggalkan aku?
jawabku : iya menyesal .. emang harus berapa kali sih aku jelasin
Sobatku : Ok kalau kamu menyesal berarti kamu sekarang sudah mau lagi mendengarkan dan mau melakukan apa-apa yang aku ingatkan untuk kamu?
jawabku : ya iyalah tadi kan sudah ku bilang aku rindu petuahmu
Sobatku : petuahku adalah maukah kamu mencintai apa-apa yang aku cintai?
jawabku : iya sobat aku mencintaimu seperti halnya aku mencintai diriku sendiri
Sobatku : aku mencintai waktu dan aku paling benci jika waktu itu tidak digunakan sebaik-baiknya. Waktu yang aku cintai adalah dimana kamu bisa membagi dengan benar waktu untuk Tuhanmu dan untuk kehidupanmu.
jawabku : hiks hiks .. iya sobat maafkan aku selama ini aku telah lalai menggunakan waktuku .. jika dihitung dalam sehari 24 jam rasa-rasanya waktu banyak aku habiskan untuk kehidupan duniaku.
Sobatku : aku tahu kamu telah berusaha memberikan waktu untuk Tuhanmu tapi itu tidak proporsional. Kamu bisa menghitung pembagian waktumu 24 jam - kerja 8 jam (kadang lebih bisa sampai 10 jam) - tidur 6 jam - (15 menit x 3 kali makan) - (15 menit x 3 kali mandi dan dandan) - 2 jam nonton tv - (1 jam x 2 kali masak dan beres2 rumah)- ngobrol ngalor ngidul sama temen (15 menit x bbrp kali ngobrol), sisanya mungkin tinggal beberapa jam bahkan menit saja yang itu memang tidak sangat cukup untuk kamu bisa menghadap Tuhanmu.
jawabku : iya sering disaat pagi hari aku harus memenuhi panggilan-Nya, sering aku enggan bahkan pura-pura tidak mendengar dengan alasan masih ngantuk karena kecapekan kerja kemaren, masih dingin lantas aku sembunyikan diriku dibalik selimut.
Sobatku : aku juga sering melihat kamu tergesa-gesa menghadap-Nya disiang hari karena kamu dikejar-kejar oleh "lunch" dan tidur siangmu.
jawabku : dan itu berlanjut sampai menjelang senja aku kembali tergesa-gesa menghadap-Nya karena tanggung sama kerjaanku
Sobatku : disaat senja mungkin agak lumayan kamu lebih bisa menghadapnya tepat waktu, tapi aku juga masih melihat ketidakseriusan kamu saat menghadap-Nya karena hari hampir malam, yang ada dipikiranmu "kamu sudah lapar dan harus segera pulang"
jawabku : disaat malam harusnya aku segera menghadapnya karena rutinitas pekerjaanku sudah meninggalkanku, tapi rupanya lelahku merayuku untuk menunda menghadap-Nya toh waktu yang diberikan untuk antrian menghadap-Nya masih panjang
Sobatku : Sobat...kamu sadar kan sekarang akan semua kelalaianmu itu?
Jawabku dengan penyesalan yang amat sangat : hiks hiks iya iya aku sadar ... aku telah menjauh dari Tuhan-Ku ... aku telah kehilangan Ruh Taatku pada-Nya ...
Sobatku : Ingat sobat " Alloh SWT tidak pernah meninggalkanmu tapi kamu yang meninggalkan-Nya "
Jawabku : hiks hiks hiks (tangisku makin keras saja) iya aku telah jauh dari-Nya aku telah lupa janjiku pada-Nya bahwa sholatku, hidup dan matiku untuk Alloh semata ... selama ini hidupku hanya untuk mengejar kepuasan dunia semata.
Sobatku : Baiklah sobat Alloh Maha Penyayang, Alloh Maha Pengampun ... mohonlah ampun padanya dan segera kamu raih kembali ruh taatmu itu ... kamu masih inget kan 3 M dari Aa Gym "Mulai dari yang kecil - Mulai dari diri sendiri - dan Mulai dari sekarang" aku rasa itu cara yang paling mudah untuk kamu lakukan.
jawabku : InsyaAlloh aku akan memotivasi diriku untuk bisa menjaga sholatku - yah setidaknya dimulai untuk tepat waktu
Sobatku : Mulailah dari sekarang jangan kamu tunda-tunda lagi jangan sampai kamu menyesal setelah ragamu tidak lagi bisa melakukan gerakan sholat disaat gerakan sholat sangat kamu rindukan karena saat itu kamu sudah tidak mampu lagi untuk bangun dan disaat waktu sholat itu sudah Alloh tutup karena kamu sudah menghadap pengadilan-Nya.
jawabku : mungkin untuk sholat khusyuk masih sulit bagiku
Sobatku : ga pa pa sobat dengan kamu memulai disiplin untuk sholat tepat waktu setidaknya itu permulaan yang bagus untuk memperbaiki hubunganmu dengan Tuhan-mu. Setelah kamu bisa disiplin dengan sholatmu secara bertahap kamu mulai belajar untuk bisa khusyuk.
jawabku : untuk bisa khusyuk gimana caranya? rasanya sulit bagiku. Setiap aku mencobanya, tidak bertahan lama berdatanganlah tamu-tamu yang menggoda pikiranku ya pekerjaanku, perut laparku dan lain-lain lah
Sobatku : ya semua harus berproses sobat. Cara paling mudah awali saat kamu mau ambil air wudhu fokuskan pikiranmu kepada sholat bayangkan seperti fokusmu pada skripsi saat kamu mau ujian kompre bisa kan? Saat wudhu pun kamu fokus bahwa dengan air wudhu itu mohonlah kepada Alloh untuk membersihkan semua noda dan godaan syetan yang terkutuk dari seluruh tubuhmu. Dan saat sholat fokuskan pikiran dan hati bahwa kamu sedang ada dihadapan Tuhan-mu seperti saat kamu menghadap dosenmu begitu santun dan hormatnya.
jawabku : baiklah sobatku support aku terus ya... terima kasih kamu telah kembali menjadi sahabatku ... ingatkan aku selalu ya
sobatku adalah hati nuraniku sendiri dimana kalau hati ini yang merupakan tempat Hidayah dari Alloh aku tinggalkan dan bahkan aku kotori dengan semakin menjauhnya aku dari Alloh maka rusaklah semuanya, maka bahagia yang kuraih bahagia semu semata ... "ya Alloh janganlah Kau cabut Hidayah dari hatiku agar dia selalu bisa menemani dan mengingatkanku untuk selalu Cinta kepada-Mu dan Rasul-Mu, serta mencintai apa-apa yang Alloh dan Rasul-Nya cintai, amin."
Jumat, 23 Mei 2008
3 Perkara
Tiga perkara, barangsiapa terdapat padanya yang tiga perkara itu, terasalah olehnya kemanisan Iman :
1. mencintai Allah dan rasul-Nya, lebih dari mencintai segala yang lain
2. mencintai seseorang semata-mata karena Allah
3. benci kembali kepada kufur, serupa dengan benci dicampakkannya ke dalam api yang menyala-nyala
(Bukhori dan Muslim)
Kamis, 22 Mei 2008
maafkan daku "Profesiku"
Tadi siang untuk memanfaatkan 1 jam istirahat aku coba menggoreskan kenanganku waktu kuliah dulu. Tulisan itu sudah 95 % jadi, tapi bunyi bel masuk kerja mengagetkanku jadinya buru-buru aku “save” dan “close” karena aku ga mau melakukan hal lain pada jam kerjaku takut korupsi waktu (he he he “gerakan anti korupsi” nih ceritanya). Eh saat mau ku cek lagi tulisan itu sudah hilang, yah kecewa banget deh aku.
Beberapa menit kemudian ada yang sapa aku dichating ternyata someone yang selama ini memotivasi aku untuk terus menulis, aku ceritakan semua kekeselanku karena hilangnya tulisan itu. Dia menghiburku “pasti ada hikmah dibalik itu – tepatnya : lain kali kalau nulis lagi musti disave di word dulu”. Yah gimana lagi mau ga mau aku musti ikhlas melepas tulisanku itu.
Nah pada kesempatan ini aku akan mencoba untuk mengeksporasi kembali. Saat ini memang aku sedang haus sekali akan ilmu, sedang pengen-pengennya belajar. Kadang aku berpikir kenapa ya kesadaran akan ilmu ini baru “membara” sekarang disaat aku sudah harus mengaplikasikan ilmu dan mencari ilmu-ilmu yang baru. Tapi ga apa-apa lah, kan kewajiban menuntut ilmu sampai liang lahat kenapa aku musti nyesel.
Masih segar dalam ingatanku waktu Pae Mae memintaku untuk belajar dulu, selalu saja ada alasan untuk menunda-nunda ya masih sore lah, ya ga ada PR & ulangan lah dan lain-lain. Terkesan belajar adalah suatu paksaan. Padahal saat itu kalau aku ditanya apa cita-citaku dengan mudah aku menjawabnya “pengen jadi dokter, jadi dosen, jadi polwan, jadi pengusaha”, dengan kondisi sangat sadar bahwa itu semua bisa diraih dengan belajar tekun tanpa paksaan. Tapi kesadaranku tidak seiring dengan pemahamanku akan masa depan sehingga selalu saja alasan-alasan enggan belajar aku lontarkan. Aku ga tahu apakah kondisi seperti ini (malas belajar) juga dialami oleh teman-teman sebayaku waktu itu. Sehingga praktis sejak SD sampai SMP prestasi sekalohku adalah peringkat 10 (dari belakang he he he). Ya gimana mau dapat peringkat bagus belajar aja “ogah”.
Seiring dengan kenaikan level sekolahku menuju SMA dan adanya “ancaman atau tepatnya motivasi” dari Pae bahwa kalau aku ga bisa mendapatkan “PMDK” untuk kuliahku nanti maka aku tidak akan dibiayai karena kondisi ekonomi keluarga yang terbatas waktu itu, maka semangatku untuk “belajar dengan ikhlas” alias dengan kesadaran dari diriku sendiri pun mulai tumbuh. Aku membuat managemen waktu walau waktu itu aku belum paham betul urgensi dari waktu, yaitu :
sepulang sekolah jam 14.00 wib aku “bobo siang” sampai jam 15.00 wib
jam 15.00 wib aku mengerjakan pekerjaan rumah (angkat jemuran, masak, siapin air hangat untuk mandi Mae karena waktu itu Mae sakit selama hampir 5 tahun, mandi dan menyapu halaman)
habis magrib aku pergi ngaji di rumah Pak Kyai yang tak jauh dari rumahku (kadang aku malas juga sih, Pae Mae ga henti-hentinya memotivasi aku agar mau ngaji dan alhamdulillah sekarang aku bisa merasakan manfaatnya) sampai isya aku pulang
habis isya aku lanjutkan dengan menyiapkan perlengkapan untuk sekolah besok, biasanya aku lanjutkan tidur tapi kadang aku diijinkan untuk nonton acara TV favoritku (aku lupa judulnya) sampai jam 20.00 wib
jam 20.30 sampai jam 2.00 pagi aku tidur (yah lumayan 6 jam yang berkualitas)
jam 2.00 wib aku bangun dan mengerjakan sholat malam yang motivasiku waktu itu adalah supaya Alloh memberi aku kecerdasan dan memudahkan aku untuk meraih prestasi di sekolah, kemudian aku lanjutkan belajar sampai kurang lebih menjelang subuh. Aku memilih belajar pada dini hari seperti ini karena pikiranku fresh sehingga aku dapat mudah berkonsentrasi untuk memahami pelajaran dimana tidak terganggu suara bising dari TV atau obrolan orang.
Sebelum subuh aku sempatkan menanak nasi terlebih dahulu supaya bisa ditinggal untuk sholat subuh.
Habis subuh aktivitasku tinggal masak lauk dan mencuci sampai jam 5.30 wib
Setelah itu aku mandi, pakai seragam dan sarapan sampai jam 6.15 wib aku siap berangkat sekolah.
Aktivitas ini menjadi jadwal rutin harianku bahkan sudah menjadi “jam biologisku” sehingga kalau aku langgar biasanya jadi ga optimal hasilnya. Setelah aku kuliah jam biologis ini mulai terlanggar apalagi sejak aku kenal dengan yang namanya “organisasi kemahasiswaan” di tingkat 2 (maklum waktu SMU aku “study oriented” sehingga praktis aku tidak menikmati yang namanya organisasi), sehingga seperti “demam organisasi” aku begitu semangat dengan rapat-rapat dan menyusun konsep-konsep. Otomatis hal ini menyebabkan aku jadi ga fokus terhadap kuliahku, kuliah hanya menjadi sampingan disela-sela aktivitas organisasiku (padahal posisiku diorganisasi tidak penting-penting amat hanya seksi sibuk he he he).
Seringkali saat kuliah aku mengantuk beberapa menit setelah dosen membuka mata kuliah (gimana ga ngantuk coba, duduk nyaman), hal ini tentunya ga lepas dari perhatian temen-temenku bahkan dosen pun tahu. Karena aku selalu mengambil kesempatan untuk duduk didepan kalau tidak terlambat (“PD” kale) tapi sering terlambatnya sih jadi duduk dibelakang deh lebih enak buat ngantuk tentunya he he he.
Aku sebenarnya sudah berusaha untuk menterapi penyakit ngantuk ini, mulai dari pola makan, minum suplemen penambah darah (katanya ngantuk itu salah satu gejala kurang darah) dan tentunya peran teman-teman yang duduk dibangku sebelahku. Kalau sudah mulai ada gejala ngantuk temen-temen kreatif aja untuk membangunkanku ya dicubit lah, dikagetin lah (makasih ya pren – terutama mba Yul dan Nyit2 he he he). Tapi yah dasar ngantuk gimana lagi sampai-sampai temenku (Gatot apa ya kalau ga salah) memberikan julukan “miss sleepy” . Kalau mengingat ini semua jadi malu rasanya, tapi apalah daya semua telah terjadi. Bahkan sampai sekarang pun kalau ketemu sama temen-temen yang utama ditanyain pasti “susi masih suka ngantuk ga?” menjengkelkan sih tapi ga juga ding itu akan menjadi kenangan lucu selamanya. Justru dengan itu aku jadi diinget sama temen-temen (iya ga…??? GR dikit boleh dong he he he ).
Kalau sudah ngantuk begitu biasanya “fotocopy” bahan kuliah jadi andalanku menjelang ujian. Jadinya aku musti kerja keras untuk memahami dan menghafalnya, padahal aku paling ga suka kalau menghafal tapi ya kudu bisa. Dan akhirnya pun aku mendapatkan nilai yang ga optimal pula. Di awal-awal tingkat 2 dan 3 IPK ku sih ga terlalu mengkhawatirkan karena aku masih punya tabungan nilai di tingkat 1 yang lumayan tinggi sehingga IPK standard bisa aku pertahankan.
Rupanya aku terlalu lalai dengan hal ini dan aku tetap asyik dengan organisasiku. Sampai akhirnya kenaikan ke tingkat 4, IPK ku bener-bener drop dan siap-siap deh dimarahin sama ortu. Aku bener-bener ga berani telephon ke rumah tapi hal ini juga tidak membuatku jera dan kemudian meninggalkan organisasi. Sampai kemudian Pae telephon aku tetapi diluar dugaanku ternyata Pae Mae tidak marah sedikitpun. Beliau malah memberikan aku wejangan lembut seperti air sejuk yang menyirami tubuh yang panas karena terbakar api takut “ Nduk coba introspeksi diri, kamu ikut organisasi boleh bahkan Pae malah seneng asal kamu bisa membagi waktu dan tidak semua kegiatan kamu lakukan. Pilih kegiatan yang tidak mengganggu aktivitas kuliah kamu. Masih ada kesempatan kamu untuk memperbaiki ditingkat 4 dan skripsi kamu”. “Subhanalloh terima kasih Pae Mae itu tidak akan pernah aku lupakan”.
Malam itu juga aku mulai berbenah diri bagaimana dalam waktu satu tahun ini berusaha untuk mengoptimalkan segenap waktu yang tersisa untuk membuat perbaikan. Setahun pun berjalan dengan segala daya upaya aku mencoba bangkit tentunya dengan banyak bantuan dari teman-temanku Alhamdulillah akhirnya tepat 4 tahun lebih sedikit aku bisa menyelesaikan gelar sarjanaku walau dengan IPK yang tidak terlalu bagus tapi setidaknya tidak jauh dari standard.
Aku tidak lantas senang dengan itu aku punya tekad harus aku perbaiki dengan lebih baik lagi di KoAs Dokter Hewan nanti. Alhamdulillah kuliah di KoAs ternyata tidak sesulit yang kubayangkan karena semuanya cenderung aplikatif dan merupakan pendalaman dari kuliah S1. Dan tentunya semua lebih mudah dilakukan karena setelah KoAs aku tidak terlalu aktif di organisasi lagi.
Dan lebih enaknya lagi di KoAs dibentuk kelompok dimana dengan kelompok itu kita banyak melakukan aktivitas bersama-sama mulai dari kelompok diskusi, study kasus, mengerjakan tugas, kelompok praktikum sampai kepada Praktek Kerja Lapangan baik di Rumah Sakit Hewan, Koperasi Unit Desa untuk praktek inseminasi buatan pada Sapi, dan perusahaan-perusahaan pengolahan hasil ternak.
Di dalam kelompok ini kami menjadi sangat dekat bahkan seperti sebuah komunitas keluarga baru. Keseharian kami diliputi “dinamika bercengkerama” saling menasihati, sedih, tertawa, tolong menolong bahkan tidak sering pula saling mengolok-olok, tapi disitulah yang membuat kami makin dekat satu sama lain.
Setelah lulus KoAs aku boleh berbahagia karena sehari setelah wisuda aku dapat panggilan test kerja di PT. Charoen Pokphand Indonesia. Alhamdulillah tidak melenceng dari profesi pikirku. Dan ternyata tidak hanya aku ada Ayang, Iis, Yuli, Wati, Lina dan beberapa anak Fapet, yang walaupun kami tahu setelah berkumpul di tempat seleksi.
Semalam suntuk aku belajar psikotes dan beberapa mata kuliah tentang peternakan ayam. Karena merasa sudah mempersiapkan makanya aku optimis saat dihadapkan dengan soal-soal dan interview. Alhamdulillah hari itu juga aku lolos seleksi, tapi masih ada 1 seleksi lagi yaitu "medical checkup" seminggu kemudian. Alhamdulillah juga aku bisa lolos karena memang aku belum pernah menderita penyakit yang berarti dan semoga jangan pernah deh.
Bulan September 2004 akupun mulai bekerja. Selama bekerja di CP aku nomaden (pindah-pindah unit mulai dari Sukabumi, Subang, Pontianak dan sekarang di Salatiga Semarang - alhamdulillah jadi deket rumah. Setahun pertama bekerja sih iya masih nyrempet-nyrempet ke profesi karena aku masih terjun dilapangan ikut terlibat dalam control "proses penetasan ayam". Tetapi selanjutnya aku mulai serius dengan laporan, data-data dan dokumen jadi praktis sekarang pekerjaanku bener-bener melototin komputer. Ga nyambung banget kan sama profesi walau datanya masih deket dengan "proses penetasan ayam". Tapi jujur aja aku menikmatinya sih walau aku sekarang jadi sering cemburu sama temen-temen yang bisa exist sebagai dokter hewan.
Disaat aku sudah bekerja seperti sekarang ini kadang aku sangat rindu sekali dengan nuansa kampus dulu. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang memberondong di benaku:
Kenapa juga aku ga rajin belajar dari dulu? Padahal Ilmu Kedokteran Hewan itu kan asyik dipelajari (aku baru nyadar sekarang he he he)
Kenapa juga dulu aku terlalu semangat ikut berbagai organisasi? Padahal kalau aku fokus pada beberapa saja mungkin kuliahku ga akan terganggu
Kenapa juga aku ga deket sama temen-temen se FKH dari dulu kan aku ga jadi kuper dengan info kedokteran hewan?
Maklum organisasi yang dulu aku ikuti sebagian besar extra fakultas (BEM, DPM) jadinya ya aku ga terlalu mencintai Profesiku…tapi sekarang aku insaf kok mau taubat temen-temen (n_n.
Maafkan daku “profesiku” kalau aku sekarang tidak menekunimu, tetapi bukan berarti aku tidak merindukanmu.
Kalau saja aku boleh meminta kepada Alloh untuk memutar jarum hidupku ingin rasanya aku merajut hari bersamamu. Tapi Percayalah walau aku tidak bersamamu saat ini aku akan selalu berusaha mendekatkan diri kepadamu melalui teman-teman yang exist memperjuangkanmu.
Tetap semangat ya Bu DRH dan Bapak DRH
Maju terus pantang mundur
Rabu, 21 Mei 2008
"Indonesia BISA"
Di sela-sela kesibukanku bekerja (maap kalau aku jadi sok sibuk) tapi memang hari ini banyak dokumen yang harus diurus, aku coba sempatkan menulis "sesuatu" yang tiba-tiba terbersit dalam benaku.
Semalem pukul 19.00 sampai kurang lebih 21.30 wib secara serentak semua stasiun televisi Indonesia menyiarkan "Perayaan 1 abad Kebangkitan Nasional NKRI". MasyaAlloh aku sampai lupa, oh iya ya kemaren kan tanggal 20 Mei dimana 100 tahun yang lalu pada tanggal itu Pemuda Indonesia memproklamirkan kebangkitannya dengan didirikannya "Boedi Outomo". Aku tonton dan aku nikmati acaranya, begitu meriah dengan hingar bingar atraksi budaya Indonesia yang dibawakan anak bangsa dan seruan kebangkitan "Indonesia BISA" yang disampaikan oleh Bapak Presiden Indonesia Soesilo Bambang Yudoyono.
Semoga seruan kebangkitan "Indonesia BISA" ini dapat didengar dan menghujam ke dalam hati sanubari setiap anak negeri dari segala pelosok nusantara dan penjuru dunia, dari segala latar belakang pendidikan dan pekerjaan untuk "BISA" bangkit dari semua keterpurukan karena kemiskinan, kebodohan, korupsi, ketidakadilan, pencurian budaya oleh bangsa lain karena kelalaian kita untuk mencintai budaya sendiri, dekadensi moral karena mulai ditinggalkannya nilai-nilai agama dan budaya ketimuran yang sarat dengan keluhuran budi pekerti.
Peringatan 100 abad Kebangkitan Nasional tahun 2008 ini "menyentilku" bahwa aku adalah salah satu anak bangsa ini. Aku juga jadi berpikir sudahkan aku "BISA" memberikan sumbangsih yang berarti? yah aku memang selama ini sibuk dengan hidupku sendiri, jarang dalam benaku terpikirkan bahwa segala yang aku lakukan adalah bisa jadi kontribusi untuk bangsa ini. Padahal dalam Islam Rasululloh pun mengajarkan kepada umatnya "bahwa mencintai negara dan bangsa adalah bagian dari kecintaan kita kepada Alloh SWT dan RasulNya" sebagai wujud dari "Islam Rahmatan Lil'Alamain" (wallohua'lam kalau salah karena keterbatasan saya dalam pemahaman Islam).
Aku jadi sadar bahwa segala yang telah ataupun akan aku lakukan semuanya harus berawal dari niat yang tulus dan bersih semata-mata karena Alloh dengan begitu aku jadi "bisa bersabar" untuk menghadapi segala tantangan dan "bisa bersyukur" dengan apa yang aku lakukan sehingga "semangat" didada ini tetap membara untuk "bisa melakukan segala sesuatu dengan mengerahkan segala kemampuan supaya menghasilkan yang terbaik" (dihadapan Alloh SWT dan makhluknya - special bangsa ini).
Yah walaupun saat ini aku belum ada pilihan untuk bekerja pada "Pengusaha Pribumi" atau bahkan aku "bisa menciptakan lapangan kerja sendiri" yang "bisa membantu Pemerintah untuk mengentaskan pengangguran dan kemiskinan", setidaknya aku tidak menjadi beban bagi siapapun.
Walau bisa dibilang aku "loyal" pada perusahaan tempat kerjaku tapi loyalku adalah bagian dari tanggungjawabku atas gaji yang aku terima karena aku tidak mau makan gaji buta, bukan loyal karena "mangagungkan".
Sejak pertama kali aku bekerja aku selalu mengatakan pada diriku bahwa tempat kerjaku adalah "Reality College" dimana tempat aku bisa "learning by doing" dari teori kuliahku atau ilmu-ilmu terapan yang baru. Karena kalau aku hanya sekedar mengejar "uang" aku ga akan dapat apa-apa karena uang bisa habis kapan saja. Tapi kalau aku mengejar "ilmu", maka uang dan prestasi kerja pasti aku dapat. Ilmu ga akan hilang, bahkan Alloh memuliakan orang-orang yang menuntut ilmu. Aku berharap dari tabunganku dan ilmu yang aku dapatkan suatu saat nanti bisa aku terapkan dalam "usahaku" sendiri.
Banyak sekali ilmu berharga yang aku dapatkan selama aku bekerja karena merupakan "campur aduk" dari segala disiplin ilmu. Aku mulai mempelajari bagaimana sebuah "Group Perusahaan" dibangun, managemen "cost" nya, improve-improve pengembanganya, marketingnya yaitu bagaimana meningkatkan kualitas produk dengan harga bersaing, menjaga hubungan baik dengan customer dan yang lebih penting adalah aku bisa belajar bagaimana harus menata hati, emosi dan akhlak ini karena bersinggungan dengan beragam karakter orang. Apalagi saat pindah ke unit-unit di daerah-daerah yang mempunyai "basic culture" berbeda, menghadapi bos yang berganti-ganti yang mempunyai type kepemimpinan berbeda-beda, menghadapi partner kerja dan karyawan yang masa kerja dan umurnya sebagian besar senior, tapi disitulah indahnya jadi semakin mengenal karakter manusia dan akhirnya semakin mengenal diri sendiri.
Semoga cita-citaku untuk membuka lapangan pekerjaan Alloh mudahkan jalannya sehingga aku "bisa memberikan sumbangsih yang berarti untuk negeri ini". Apalagi aku sebagai perempuan, dimana perempuan sangat dimuliakan dalam Islam manakala perempuan itu bisa menjaga kodratinya. Sangat lebih baik kalau aku bisa mengelola usahaku sendiri, karena aku bisa dengan mudah mamanage waktu dan aktivitasku. Dengan begitu aku bisa dengan mudah menjalankan tugas kodratiku sebagai seorang istri (semoga Alloh SWT segera menyatukanku dengan jodohku, bisa menjadi "madrasah" bagi anak-anaku kelak, AMIN.
Senin, 19 Mei 2008
Baru Motor..kalau Mobil dapat apa ya..?
Bismillahitawakaltu'alalloh aku putar kunci motorku, lampu hijau on dan ku injak gigi 1 kemudian aku putar gas, berputarlah roda motor itu, gigi 2 kuinjak roda motor pun naik ke jalan raya, perlahan-lahan aku naikan gigi seiring dengan laju motorku. Mataku menatap kedepan sembari aku lihat ke kaca spion adakah motor or mobil dibelakangku.
Diawal mengendarai motor dag dig dug juga rasanya karena aku memang belum terbiasa di jalan raya yang rame seperti di jawa ini, walau aku sudah punya SIM yang aku dapatkan waktu di Pontianak setahun yang lalu. Tentu kondisinya sangat berbeda, di Pontianak lalulintas masih sepi walau aku masih amatiran dalam hal motor "PD" juga lah aku, hanya beberapa kali belajar motor aku sudah berani untuk bepergian ke kota sendiri dan lebih mudah juga kudapatkan SIM.
Sejak dulu sebenarnya aku sangat ingin sekali bisa mengendarai kendaraan walau hanya motor tetapi keinginanku itu terpaksa tertunda karena memang tidak mendapat ijin dari PaeMaeku. Tetapi selama itu pula aku sangat menyadari bahwa yang Beliau lakukan sangat beralasan, karena PaeMae trauma atas kecelakaan yang pernah menimpa mereka waktu aku masih duduk dibangku kelas 2 SMP tepatnya tahun baru 1992. Praktis memang aku dan adeku tidak bisa mengendarai kendaraan sehingga kalau bepergian kemana-mana kami mengandalkan angkutan umum atau diantar Pae, hal ini membuat kami sangat tidak mandiri karena Pae lebih sering mengantar kami daripada kami harus pergi sendiri.
Kondisi ini juga berlanjut sampai aku lulus SMU dan harus kuliah di Bogor, karena kebiasaan sering diantar Pae, untuk ke Bogor sendiri pun aku ga berani, akhirnya Pae pun harus mengantarku lagi. Setelah kuliah di Bogor keberanianku mulai muncul dan berkembang, kondisi jauh dari orang tua & keluarga memaksaku untuk berani dan mandiri melakukan apapun. Alhamdulillah di Bogor aku menemukan lingkungan kondusif yang sangat baik yang sangat mendukungku untuk maju, mungkin suatu saat akan aku ceritakan betapa sangat bersyukurnya aku sejak tahun 1997 - 2004 ada dalam lingkungan itu.
Kembali kepada kapan aku bisa mulai dan berani mengendarai motor, mungkin ini bukan hal penting yang perlu aku ceritakan. Tapi ada hikmah yang bisa aku petik dari pelajaran naik motor ini. Saat aku belum bisa naik motor aku sering iri saat aku lihat temen-temen, apalagi kadang aku lihat anak kecil yang masih SMP yang notabene umur mereka belum dapat SIM kok sudah bisa dan berani ya, kenapa aku ga berani padahal secara umur aku layak. Nah setelah aku kerja aku paksakan diri untuk belajar sendiri bagaimana sih naik motor itu. Walau bermodalkan motor pinjem tapi lumayan dengan bismillah dan sedikit keberanian (sedikit karena memang hatiku bener-bener dagdidug saat aku mulai hidupin motor dan menambah giginya - waktu itu baru berani gigi 2 he he he) tapi akhirnya aku bisa walau beberapa kali sempet jatuh dan menabrak gapura dan harus mengganti sedikit kerusakan motor pinjamanku " but its ok" toh akhirnya itu semua terbayarkan dengan aku menjadi bisa dan jadi mandiri pergi kemana-mana. Bisa pergi kemana-mana sendiri buat aku sangat penting karena aku menjadi tidak bergantung kepada temen-temen or siapa yang kumintai tolong untuk mengantarku, yang itu sedikit banyak menghambat aktivitasku.
Setelah pindah tugas ke jawa lagi dan deket dengan keluarga karena hanya kutempuh dalam waktu 3 jam dari rumah ke tempat kerjaku, naik motor menjadi hobbyku. Motor kesayanganku yang alhamdulillah aku beli dengan uang hasil keringatku sendiri (ga sombong sih tapi bersyukur he he he walau baru bisa beli motor), setia menemaniku pulang seminggu sekali, memperlancar aku untuk ikut kegiatan-kegiatan, memotivasi aku untuk silaturahmi dan juga tidak lupa setia menemaniku berbelanja kebutuhanku baik harian or bulanan. Dan pastinya jauh lebih hemat dong daripada kalau aku harus naik angkutan umum.
Selain itu banyak sekali pelajaran berharga yang aku dapatkan dari petualanganku dijalan raya. Aku jadi kenal banyak jalan karena saat pertama kali perjalanan pulang naik motor aku sering kesasar terutama dikota Semarang maklum walau asli kelahiran Jawa Tengah tapi aku jarang sekali menginjakkan kaki di ibukota propinsiku ini.
Begitu juga saat balik dari rumah ke tempat kerja karena memang beda jalur jadi aku harus tanya sana-sini lagi, pepatah "malu bertanya sesat dijalan" memang bener adanya, coba aja aku malu nanya pasti aku ga sampai-sampai ke tempat tujuan. Tapi alhamdulillah orang-orang cukup baik dan ramah dan pastinya karena Perlindungan Alloh semata aku bisa sampai tujuan dengan selamat. Pernah juga sih kena razia polisi karena aku belum begitu paham dengan rambu-rambu lalulintas. Waktu itu lampu merah menyala dan akupun berhenti masuk barisan bersama kendaraan-kendaraan yang berhenti lainya. Tapi rupanya posisiku waktu itu salah karena aku memposisikan diri diarea jalan untuk kendaraan yang belok kekiri, "prit" terang aja panggilan pak polisi itu mengagetkanku yah walau kena denda ga apa-apa lah namanya juga masih belajar. Sejak itu Alhamdulillah aku jadi mulai lebih berhati-hati dan bekerja keras untuk memahami rambu-rambu.
Di perjalanan juga banyak dinamika, aku menjadi kenal dengan berbagai tipe orang yang notabene tidak aku kenal. Kalau pas ketemu yang ramah sih Alhamdulillah sama-sama mengerti posisi dan saling menjaga keselamatan bahkan kalau mau mendahului pun sopan. Tapi berbeda kondisinya kalau bertemu dengan sopir-sopir or orang-orang yang kurang ajar bisa-bisa dibikin kesel hatiku karena perkataan mereka yang sering tidak seronoh "astaghfirulloh" semoga Alloh mengampuni kekhilafan mereka. Nah tentunya saat menghadapi kondisi seperti ini hanya sifat sabar dan ikhlas yang harus diutamakan agar selamat. Dan setelah sampai tujuan dengan selamat hanya Alhamdulillah yang tak henti-hentinya aku panjatkan.
Jumat, 16 Mei 2008
New Spirit....
Bismillah, siang ini dijam istirahat kerjaku aku sempatkan menulis sambil menikmati makan siangku yang kubekel dari mess tadi. Karena memang sekarang ini aku lagi semangat-semangatnya belajar menulis ya menulis apa aja artikel, cerita temenku or curahan isi hatiku.
Yah walaupun aku masih penulis amatiran tapi ga ada salahnya aku terus mencoba, aku yakin dengan ketekunan semua hal yang Alloh ciptakan didunia ini bisa kita raih. Karena pada prinsipnya kan apa yang sekarang kita bisa dulunya kita ga bisa. Semua makhluk diciptakan dari tidak bisa apa-apa, dengan segala anugerah yang Alloh berikan berupa wujud dengan segala kelengkapannya, keluarga, lingkungan dan alam semesta akhirnya banyak hal yang bisa dilakukan.
Menurut aku menulis adalah sebuah talenta yang bisa karena biasa diasah dengan terus menulis dan diperkaya dengan terus membaca. Walaupun untuk saat ini dengan segala kekuranganku dari segi waktu dan fasilitas, yah sebisa mungkin kukerjakan dijam istirahat kerjaku atau setelah jam kerja aku ga pulang dulu yah maklum masih pake komputer kantor. Tapi aku punya target akan aku budgetkan sebagian penghasilanku untuk beli komputer sendiri supaya aku bisa menulis kapan saja dan dimana saja.
Lumayan juga karena ternyata semakin sering menulis jadi semakin ketagihan pengen nulis terus. Dan saat ini aku tidak mau melewatkan hasratku untuk menulis. Spirit menulis yang menggebu-gebu ini aku temukan kembali setelah hampir setahun menghilang karena hadirnya sahabat lamaku.
Hari itu di awal bulan Mei 2008 seingatku aku bertemu dengan sahabatku itu. Secara sengaja aku login friendsterku. aku buka di new massage, siapa nih pikirku saat lihat profilnya. Aku merasa sangat tidak asing dengan foto dan nama itu. Iya iya inget inget dia adalah adeku dikampus dulu. Begitu senangnya aku langsung aja buka-buka profilnya, ternyata luar biasa. Subhanalloh, waktu telah merubah segalanya dan yang membuat aku kagum adalah adeku sekarang sudah sangat jauh lebih baik. Alhamdulillah, Barokalloh ukhti berkali-kati kata itu kuucapkan walau hanya Alloh dan aku sendiri yang mendengarnya.
Semoga perjumpaan kita yang karena Kehendak Alloh semata ini akan terus terjalin dan makin kuat rajutannya dengan kasih sayang karena Alloh semata. Selalu beri daku spiritmu adeku.
Nostalgia Ulangan Matematika...
Pagi itu seperti biasa aku bergegas berangkat sekolah mengejar jam 6 supaya kebagian naik 'andongan' karena kalau dah lewat jam itu ga kebayang betapa berjubelnya penumpang angkutan sampe-sampe anak-anak rela bergelantungan karena takut telat masuk sekolah. Selesai sarapan nasi ditemani telur dadar dan sambel bawang, kucium tangan Pae Mae, tak lupa Mae menyelipkan uang Rp.1000 ke tanganku (waktu itu ongkos andongan masih Rp.150, jadi uang sakuku Rp.1000 - 2 x Rp.150 untuk naik andongan pp - untuk jajan kue 200 - es 100 jadi sisa = Rp.400 aku tabung untuk beli buku LKS). Akupun pamitan ke Pae Mae "berangkat sekolah ya, Bismillahi tawakaltu'Alalloh" bisiku.
Semangat sekali rasanya, dibenaku dah kubayangkan nanti ulangan matematika bab logaritma, aku yakin bisa karena aku dah belajar semaleman (bukan maksud takabur sih..karena sudah semua soal yang pernah dikasih pak guru sudah kukuasai makanya aku jadi yakin paling juga soalnya ga jauh beda). Ditengah imajinasiku tiba-tiba berhenti angkutan yang baru setengah penuh yang distop oleh temen yang berdiri disebelahku. Alhamdulillah masih kebagian tempat duduk lumayan bisa membaca pelajaran untuk hari ini karena semalem jam belajarku habis oleh corat-coretan logaritma. Sesekali kulihat pemadangan dikanan kiri jalan, eh ternyata dah hampir sampe "kiri Pak" teriaku yang ga begitu keras memecah kebisingan andongan itu. Bismillah, dengan tegap kulangkahkan kaki menuju ke sekolah yang kutempuh 5 menit dengan berjalan kaki dari pemberhentian andongan tadi.
Sesampainya dikelas kuucapkan "Assalamu'alaikum wrwb" yang sudah menjadi kebiasan dikelas kami. "kamu dah belajar semua Sus" kata Nining temenku. "Alhamdulillah sudah, kamu juga udah kan Ning?" lanjutku membalikan pertanyaan. "udah sih cuman ga yakin bisa apa ga?" jawabnya. "yakinlah pasti bisa, yang penting kan kita udah belajar ya tinggal berdoa aja" nasihatku yang sok dewasa.
Bel masuk pun berbunyi Pak Lili guru matematika masuk kelas dengan selembar kertas ditanganya. "Pasti itu soalnya bisikku ke Nining yang duduk disebelahku". Ketua kelas menyiapkan dan kitapun berdoa bersama-sama, ku Mohon kepada Alloh semoga diberi kemudahan dalam mengerjakan soal ulangan nanti. "Siapkan kertas anak-anak", kata-kata Pak Lili membuat kami makin deg-degan aja padahal nuansa seperti ini sudah sering kami rasakan setiap kami mau ulangan. Setelah soal disodorkan segera aja aku kerjakan dan Alhamdulillah, 10 soal aku merasa semuanya bisa karena memang tidak jauh beda dengan yang ku pelajari semalem.
45 menit berlalu dan tiba waktunya Pak Lili mengambil jawaban kami "sudah selesai ya anak-anak". karena aku sudah selesai langsung saja jawabanku kuserahkan, sementara pak Lili masih berjalan sambil mengambil jawaban temen-temenku yang mungkin kurang sedikit lagi. "langsung dikoreksi aja Pak" serentak kami meminta ke Pak Lili biar kita tahu langsung nilainya. "ok deh, jawaban ulangan anak-anak ditukar antar deret meja saja ya biar ga curang ngoreksinya" perintah Pak Lili. "siap Pak" satu persatu kami cocokan jawaban temen yang ditangan kami dengan jawaban kunci yang pak Lili tulis dipapan, dalam waktu setengah jam semua koreksi selesai."1 nomor nilainya 1 ya, kalau ada yang caranya benar tapi hasil akhirnya salah nilainya setengah" aku hitung segera nilai temenku lumayan dia (aku lupa namanya) dapat nilai 6.5, aku dapet berapa ya pikirku ga sabar pengen tahu nilaiku. seperti biasa jawaban yang sudah bernilai dikumpulkan dan dicatat didaftar nilai langsung oleh Pak Lili, ga butuh waktu lama 15 menit selesai dan langsung dibagikan kembali kepada kami masing-masing. Deg-degan rasanya namaku pun dipanggil "sumber sirep", "iya Pak" alhamdulillah ya Alloh kulihat angka 9 dilembar jawabanku karena ada 2 nomer yang aku kurang teliti sehingga mengurangi 1/2 x 2 nomer nilaiku, sambil senyum simpul dan decak syukur didadaku aku kembali kekursiku. "Bagus ya sus nilainya" tanya Nining, "Alhamdulillah Ning", "boleh lihat ga" pinta Nining, "ga deh paling juga ga jauh beda sama kamu" aku sengaja ga menunjukkan ke Nining karena aku ga mau aku jadi lalai bahwa itu semua adalah semata-mata Anugerah Alloh. Dan memang biasanya nilai matematikaku ga jauh beda dengan Nining karena memang kita sama-sama suka & sama-sama bisa.
Bel ganti pelajaranpun berbunyi, kelas kami masih hiruk pikuk dengan ulangan matematika tadi. Apalagi temen-temen yang dapet nilai dibawah 6 mereka masih ribut, habisnya susah sih katanya padahal mereka hanya 25 % dari murid dikelas kami yang tidak mahir matematika berarti bisa disimpulkan bahwa sebagian besar kami bisa, karena memang Pak Lili adalah guru matematika idola kami dan hampir semua bab yang beliau jelaskan mudah kami mengerti. hanya anak-anak yang malas berlatih soal saja yang memang tidak bisa dan menjadikan matematika menjadi pelajaran momok yang seolah-olah susah. Padahal sebenarnya ga ada yang susah didunia ini kalau kita mau mencoba dan belajar.
* Buat Nining, Anita, Risnandar, Fitri temen-temen ku di SMA Prembun aku kangen kalian semua, kenangan belajar Matematika bersama-sama. Dan Untuk Pak Lili kapan ya kita bisa silaturahim ke rumah Beliau *
Kamis, 15 Mei 2008
Nasi beras dan 1 butir telur itu...
Di sebuah desa ada seorang gadis kecil bernama ziezie yang tinggal bersama kedua orang tuanya, rumah mungil mereka dipinggir sungai yang merupakan pusat irigasi persawahan di desa itu.
Mereka sekeluarga hidup bersahaja selayaknya orang desa pada umumnya, di pagi hari seperti biasa Ibu menyiapkan sarapan seadanya untuk Suami & putri tercinta. Setelah sarapan Bapak pergi ke kota untuk menjemput rizki yang Alloh SWT bagikan kepada hamba-hambaNya. Ibu juga sama berusaha menjemput rizki sebisanya kadang jualan di pasar kadang juga mencari barang bekas untuk dijual ke penampung dengan mendapat uang secukupnya lumayan untuk bantu suami belanja kebutuhan sehari-hari. Sementara zie dititipkan ditetangga sebelah rumah.
Rupanya pagi itu zie melihat kerumunan anak-anak yang umurnya setahun diatasnya berangkat sekolah begitu cerianya dengan seragam merah putih dan tas dipunggungnya, iri rasanya “kapan ya aku bisa bersama mereka, bosen juga tiap hari main sendirian, ngomong sendiri pura-pura jadi ibu dan anak sendirian”
Siang hari Ibu pulang dan langsung masak, setelah semuanya siap dijemputlah ziezie ”nduk muleh maem sek (1…ini Mae sudah masak sayur beneng kesukaanmu sama ikan pindang goreng” wah enak pasti pikirnya, zie berlari ke rumah dengan girangnya meninggalkan Ibunya yang senyum sumringah senang karena putrinya tidak susah disuruh makan seperti anak-anak lainnya walau dengan lauk seadanya. Tanpa pikir panjang zie buka tudung meja makan “hmmmm enak ini ada sambel trasinya lagi” dengan sigapnya zie ambil piring dan mengisinya dengan semua makanan yang ada dimeja. Melihat tingkah zie yang buru-buru seperti itu ibunya mengingatkan “nduk ijuk sek trus berdoa ya..baru maem (2” beres Mae” jawab zie. Subhanalloh lahap sekali zie makan siang itu. “lho Mae kok mboten maem (3” tanyanya. “Mae sudah makan tadi sebelum jemput kamu” (dari jawaban ini ternyata mengandung sebuah pengorbanan yang luar biasa yang zie ketahui setelah dia dewasa.Ibunya bercerita bahwa kenapa Ibunya selalu makan duluan, ternyata Ibu makan nasi aking (4. berbeda dengan zie yang dimasakan nasi dari beras. Subhanalloh begitu besarnya kasih sayang Ibunda yang perjuangannya sepanjang masa tidak hanya disaat-saat susah mengandung 9 bulan).
Sore hari pun tiba, saat yang dinanti-nanti zie “pasti Pae bawain telur rebus kesukaanku” pikir zie. Zie sudah menghadang didepan pintu harap-harap cemas “Pae bawain ga ya”. Dari jarak 5 meteran walau gelap Bapak sudah kelihatan, maklum aja mata mungil zie ga lepas memandangi kedatangan sosok laki-laki yang diharapkannya itu. Alhamdulillah lega rasanya hati zie, Bapak mengeluarkan I butir telur rebus dari kantong celananya. Mungkin bagi anak lain itu adalah hal biasa tapi tidak bagi zie. 1 butir telur rebus itu merupakan bentuk ketulusan kasih sayang yang luar biasa dari Ayahanda yang akan selalu jadi kenangan indah sampai kapanpun.
Lalu Pae, Mae dan zie segera berkumpul diruang makan yang merupakan ruang tamu juga. Mereka makan bersama begitu nikmat walau dengan hidangan seadanya tapi kebersamaan itulah yang menghadirkan kenikmatan & kelezatan dari makanan yang mereka santap. Sambil menikmati makan malamnya, zie memberanikan diri bertanya pada Bapak ”Pae, seneng nggih saget sekolah kados rencang-rencang (5” ups Bapak agak sedikit kaget kenapa zie tiba-tiba bertanya seperti itu. “piye nduk kowe pengen sekolah? (6” tanya Bapak. Ibu pun menimpali “tapi umurmu kan belum cukup nduk, masih kurang setahun lagi baru boleh sekolah”.”’tapi gpp juga” kata Bapak, “coba besok Mae tanya ke Pak Kepala Sekolah kebetulan Mae kan kenal sama Pak Guru kali-kali boleh ikut-ikutan sekolah dulu, ya itung-itung nitipin kalaupun nanti ga naik kelas ya gapapa”. Seneng banget hati zie, sudah terbayang dibenaknya pagi-pagi mandi trus pake seragam trus berangkat bareng sama temen-temen, wah asyik bener. Membayangkan itu zie jadi susah tidur pengen rasanya cepet-cepet pagi.
(1 : nak pulang makan dulu
(2 : nak cuci tangan dulu trus berdoa baru makan
(3 : lho Ibu kok ga makan
(4 : nasi sisa yang dikeringkan
(5 : Bapak, seneng ya bisa sekolah seperti temen-temen
(6 : gimana nak kamu ingin sekolah
Selasa, 13 Mei 2008
sejenak menghilangkan kepenatan
Hari ini selasa 13 Mei 08 rasanya zie merasa penat sekali dengan pekerjaan rutinnya, Zie coba cari-cari apa biar penat ini terobati. Iseng-iseng Zie sapa temen yang kerja dibagian personalia karena memang dah lama kita ga ngobrol di chating. Zie basa-basi sekedar menanyakan sibuk apa dia selama ini. Obrolan pun mengalir sampai akhirnya dia mencurahkan isi hatinya, dia bertanya "Zie kamu percaya setiap langkah dan keputusan yang kita ambil adalah jalan yang sudah diatur Allah??" zie jawab aja " ya percaya karena daun yang jatuh ke bumi saja diatur Alloh" kemudian jawaban zie berlanjut "jalan yang sudah diatur Alloh adalah kebaikan karena itu selalu kita libatkan Alloh dalam pengambilan keputusan".
Zie heran kenapa dia menanyakan hal itu ada apakah gerangan?. Dia menceritakan gundah gulana hatinya "kita menginginkan sesuatu tetapi setelah kita coba mati-matian sampai kita berdoa setiap saat juga, tetapi malah ga terkabul,itu menurut kamu gimana ?" Yang dia rasakan sebenernya juga sering Zie rasakan mengapa doa-doa Zie belum juga terkabul. Sambil menjawab pertanyaannya Zie juga sebenernya sedang mencoba menasihati diri Zie sendiri "belum tentu yang baik menurut kita adalah baik dihadapan Alloh SWT begitu juga sebaliknya yg menurut kita tidak baik bisa jadi itu yg terbaik dihadapan Alloh SWT". Bagi Zie memahami ayat ini maksudnya adalah aplikasi dari "sabar dan syukur" yang mana tujuan akhirnya adalah "Ujian Keimanan". Jika kita mendapat sesuatu sesuai keinginan kita ya kewajiban kita bersyukur dan tawadhu dengan mengembalikan lagi kepada Alloh supaya ga takabur dan kalau kita mendapat yang tidak sesuai keinginan kita ya kita bersabar pasti dibalik semuanya ada hikmah terbaik karena yang Maha Tahu sebelum & sesudah segala sesuatu hanyalah Alloh semata. Karena Alloh Maha Tahu kalau doa kita dikabulkan ga baik untuk kita (mungkin untuk dunia kita baik tapi untuk akhirat kita ga baik) makanya Alloh ga kabulkan.
Tetapi terkadang memang tabiat manusia sulit untuk memahami hal itu begitu juga diri Zie sendiri sering ga mudah menerima jika sesuatu itu belum bisa didapatkan. Dari curhatan temen Zie tadi Zie jadi tersadarkan bahwa kita ga boleh berhenti berusaha untuk senantiasa mengingatkan diri. Berusaha bisa SABAR menanamkan sifat SABAR dalam diri, SABAR utk berproses supaya bisa SABAR. Sering kita itu lebih susah MENDIDIK diri kita sndiri daripada menasehati orang lain.
Zie masih inget nasihat guru zie "makanya salah satu bagian ketakwaan adalah bagaimana kita bisa mengenali SIFAT INSANIAH kita yaitu kekurangan-kekurangan kita berupa susah bersabar, gampang marah dan lain-lain supaya kita bisa mamanagenya. Disitulah letak tantangannya Alloh menciptakan manusia dengan kekurangannya, tetapi Alloh Maha Adil dengan memberikan balasan surganya bagi siapa saja yang "Takwa" yang cerdas dan bijak yang tidak hanya pandai memanage orang tapi juga pandai memanage dirinya sendiri.
Cerita temen Zie berlanjut "mengingat aku tuh sekarang ini malah kurang deket sama Allah, aku nyesel Zie nyesel banget". Subhanalloh, alangkah indahnya seorang hamba yang menyesal dengan lalai nya kepada Alloh. Zie biarkan dia mencurahkan kegundahan hatinya "kadang-kadang aku tuh berdoa ngerasa doa ku ga di denger lg aku ngrasa Alloh benci ma aku". MasyaAlloh kadang Zie juga merasa seperti itu disaat jenuh memikirkan perjalanan hidup zie. Mungkin memang kita telah lupa bahwa "Alloh itu lebih deket daripada urat nadi kita sendiri, Alloh lebih sayang kita daripada kita menyayangi diri kita sendiri, Alloh SWT telah memberi rizki, ilmu, keluarga, sahabat, kepekaan hati untuk inget akan dosa dan menyesalinya". Menangislah temen Zie, subhanalloh seorang hamba yang menangis karena menyadari eksistensinya sebagai hamba. Temen zie menyadarkan zie kembali "berbahagialah kalau kita bisa menangis karena kita menyesal akan dosa-dosa kita karena air mata ini akan menjadi penyejuk di akhirat kelak insyaAlloh, AMIN.